PENERAPAN HISTORICAL THINKING DALAM
PROSES PEMBELAJARAN
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Belajar Mengajar)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Suranto M.Pd.
Oleh :
Muhasanah
(120210302031)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Penerapan Historical Thinking Dalam Proses Pembelajaran “dengan tepat waktu.
Yang mana penulisan makalah ini kami gunakan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.
Terima kasih kami sampaikan
kepada Dr.
Suranto M.Pd.selaku dosen pembimbing mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. Kami
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak
membantu dan memberikan motivasi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga kami selaku penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang nantinya akan kami gunakan
sebagai perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Jember, 12 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman Judul....................................................................................................... 1
Kata Pengantar...................................................................................................... 2
Daftar Isi............................................................................................................... 3
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................. 4
1.1
Latar
Belakang.................................................................................... 4
1.2
Rumusan
Masalah............................................................................... 4
1.3
Tujuan ................................................................................................. 4
BAB 2. PEMBAHASAN..................................................................................... 5
2.1
Pengertian
Historical Thinking............................................................ 5
2.2
Aspek- Aspek yang terkait Kemampuan
Berfikir Sejarah.................. 5
BAB 3. PENUTUP............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 10
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah, jika
dikembangkan dengan secara
lengkap pada anak
usia awal sekolah dapat membuka kesempatanyang sangat
luas baginya untuk menganalisis dan membangun
apresiasi terhadap seluruh
bidang kehidupan manusia
secara seutuhnya dan terutama
dalam hal interaksi di antara sesama manusia. Untuk itu
siswa dituntut untuk
aktif bertanya dan
belajar, serta bukan sekadar
mendengarkan dan menyerap
secara pasif segala
pengetahuan seperti fakta-fakta,
nama-nama, dan tanggal-tanggal.
Secara nyata,
historical understanding menuntut
siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah sejarah, mendengar dan
membaca cerita-cerita sejarah,
bernarasi, dan berliteratur
secara bermakna, berfikir dalam
hubungan kausal, mewawancarai
para pelaku sejarah
dalam komunitasnya,
menganalisis dokumen, foto,
surat kabar yang
bersejarah, catatan-catatan
sejarah di museum
dan situs kesejarahan,
dan membangun garis waktu
serta narasi masing-masing
sejarahnya. Secara esensial,
aktifitas-aktifitas ersebut di atas dikenal sebagai active learning.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan
Masalahnya yaitu:
1. Apakah
Pengertian Historical Thinking?
2. Aspek
– aspek apa saja yang terkait dalam Historical Thinking?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian Historical Thinking
2. Untuk
mengetahui aspek- aspek Historical Thinking
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Historical Thinking
(Kemampuan Berfikir Sejarah)
Cara berpikir sejarah merupakan
metode atau sudut pandang dalam memandang sejarah manusia dan serentetannya.
Historical thinking merupakan usaha sadar bahwa sebagai manusia kita tidak
terlepas dari sejarah, jadi hanya manusia yang mempunyai sejarah. hewan tidak
berpikir maka tidak punya sejarah belajar sejarah berarti belajar masa
lalu yang telah terjadi dan menyikapi dengan bijaksana dan untuk antisipasi
masa depan sedemikian juga bahwa tidak ada peristiwa yang sama serupa terjadi
namun demikian ada kemiripan atau pola yang hampir serupa meskipun tak sama
yang dapat dijadikan pelajaran berharga apapun itu, baik skala mikro, atau
makro sepanjang sejarah manusia.
Peraadaban dibangun berkembang dan
runtuh. demikian pula bahwa sejarah manusia berdialektika dan berdinamika. sedemikian
juga peradaban menuju kebaikan atau munuju kehancuran tugas manusia untuk
membangun peradaban yang baik. dengan anugrah akal pikir sudah sepatutnya. dengan historical thinking itu manusia
membangun peradaban yang baik dan bermartabat.
Berpikir sejarah berarti usaha positif untuk memperbaiki kualitas
sejarah dan manusia dari kehidupan yang sebelumnya diperlukan usaha positif
manusia secara total dan menyeluruh agar sejarah dapat lebih baik dan tidak
terulang.
2.2 Aspek – aspek dalam Kemampuan
Berfikir Sejarah
Kemampuan berpikir sejarah ini
terkait aspek atau kemampuan berpikir kronologis, memperhatikan prinsip sebab
akibat dan prinsip perubahan dan keberlanjutan.
1) Kronologis
Istilah kronologis sangat familier di
lingkungan masyarakat.Kronologis, berasal dari sebuah kata dari bahasa
Yunani,chromos yang berarti waktu dan logos diterjemahkan ilmu, jadi kronologis
adalah ilmu tentang waktu. Kata kronologis ini kemudian menjadi istilah yang
terkenal dalam sejarah. Salah satu sifat dari peristiwa sejarah itu
kronologis. Kronologis merupakan rangkaian peristiwa yang berada dalam
setting urutan waktu. Dalam pembelajaran sejarah setiap peserta didik dilatih
untuk memahami bahwa setiap peristiwa itu berada pada setting waktu yang berurutan.
Misalnya dalam peristiwa sekitar
Proklamasi kita susun: tanggal 15 Agustus 1945, tanggal 16 Agustus 1945, dan
tanggal 17 Agustus 1945. Tanggal 15 Agustus diketahui Jepang menyerah, tanggal
16 Agustus peristiwa Rengasdengklok, tanggal 17 Agustus, terjadi peristiwa
Proklamasi.
Dalam konsep waktu sejarah di kenal juga
ada “waktu lampau” yang bersambung dengan “waktu sekarang” dan “waktu sekarang”
akan bersambung dengan “waktu yang akan datang”. Dengan berpikir secara
kronologis akan melatih hidup tertib dan bekerja secara sistematis.
2) Konsep sebab akibat
Di
dalah sejarah juga dikenal prinsip kausalitas atau hukum sebab akibat dari
sebuah peristiwa. Konsep sebab akibat ini merupakan hal yang sangat penting
dalam memberikan penjelasan tentang peristiwa sejarah. Setiap peristiwa
sejarah terjadi tentu ada sebabnya. Begitu juga peristiwa itu akan menimbulkan
akibat.
Akibat dari peristiwa itu akan menjadi sebab pada peristiwa yang berikutnya demikian seterusnya. Mengenai sebab dari peristiwa sejarah itu bisa langsung dan sangat dekat dengan peristiwa sejarah.
Tetapi sebab itu juga dapat ditarik jauh dari waktu peristiwanya.
Akibat dari peristiwa itu akan menjadi sebab pada peristiwa yang berikutnya demikian seterusnya. Mengenai sebab dari peristiwa sejarah itu bisa langsung dan sangat dekat dengan peristiwa sejarah.
Tetapi sebab itu juga dapat ditarik jauh dari waktu peristiwanya.
Contoh
: peristiwa datangnya bangsa Barat ke Indonesia karena ingin mendapatkan
rempah-rempah dari negeri asalnya agar lebih murah (sebab yang dekat/langsung
dengan peristiwa datangnya ke Indonesia). Mengapa mereka harus datang ke
Indonesia untuk mendapatkan rempah-rempah yang lebih murah? rempah-rempah sulit
didapat di Eropa dan kalau pun ada harganya sangat tinggi karena perdagangan di
Laut Tengah dikuasai Turki Usmani setelah berhasil menguasai
Bizantium/Konstantinopel (sebab yang tidak langsung dengan peristiwanya).
Pertanyaan berikutnya juga ditampilkan misalnya mengapa Turki Usmani menduduki
Konstantinopel dan menguasai Laut Tengah, dan begitu seterusnya.
3) Perubahan
dan keberlanjutan
Perubahan
merupakan konsep yang sangat penting dalam sejarah. Sebab suatu peristiwa yang
terjadi pada hakikatnya adalah sebuah perubahan, minimal perubahan dari segi
waktu. Perubahan merupakan hal perbedaan, yang bergeser atau beralih dari suatu
keadaan atau realitas yang satu dengan keadaan yang lain. Perubahan
merupakan perbedaan dari suatu keadaan atau realitas yang satu dengan keadaan
yang lain, dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari waktu yang satu ke
waktu yang lain.
Misalnya
perubahan dari keadaan bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka setelah
terjadi peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945. Tetapi sekalipun peristiwa
tersebut telah berlalu ada aspek-aspek tertentu yang tersisa dan masih
berlanjut. Sebagai contoh peristiwa Proklamasi. Status kita berubah dari
bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka, tetapi dalam bidang hukum seperti UU
Hukum Pidana kita masih banyak aspek yang melanjutkan UU Hukum Pidana zaman
Belanda.
Dalam
pembelajaran sejarah Indonesia peserta didik harus dipahamkan akan hakikat
perubahan yang terjadi dalam peristiwa sejarah begitu juga yang terkait dengan
keberlanjutan.
Dengan memahami konsep itu peserta didik akan lebih memahami setiap peristiwa sejarah yang dipelajarinya. Konsep ini juga memberikan pengalaman belajar bahwa hidup ini mengandung perubahan, perubahan itu diusahakan menuju yang lebih baik. Tugas guru bagaimana mengantarkan pemahaman ini kepada peserta didik.
Dengan memahami konsep itu peserta didik akan lebih memahami setiap peristiwa sejarah yang dipelajarinya. Konsep ini juga memberikan pengalaman belajar bahwa hidup ini mengandung perubahan, perubahan itu diusahakan menuju yang lebih baik. Tugas guru bagaimana mengantarkan pemahaman ini kepada peserta didik.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Historical
thinking merupakan usaha sadar bahwa sebagai manusia kita tidak terlepas dari
sejarah, jadi hanya manusia yang mempunyai sejarah. hewan tidak berpikir maka
tidak punya sejarah belajar sejarah berarti belajar masa lalu yang telah
terjadi dan menyikapi dengan bijaksana dan untuk antisipasi masa depan
sedemikian juga bahwa tidak ada peristiwa yang sama serupa terjadi namun
demikian ada kemiripan atau pola yang hampir serupa meskipun tak sama yang
dapat dijadikan pelajaran berharga apapun itu, baik skala mikro, atau makro
sepanjang sejarah manusia. Kemampuan berpikir sejarah ini
terkait aspek atau kemampuan berpikir kronologis, memperhatikan prinsip sebab
akibat dan prinsip perubahan dan keberlanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
http://gitarscale.blogspot.com/2012/12/historical-thinking.html
(diakses tanggal 12 Oktober 2014)
http://arya-devi.blogspot.com/2014/08/kemampuan-berpikir-sejarah.html
(di akses tanggal 12 Oktober)
http://www.slideshare.net/IndahRohmatullah/sejarah-indonesia-buku-guru
(di akses tanggal 12 Oktober)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar