Kedatangan
Bangsa Eropa ke Amerika
Kedatangan bangsa Eropa ke
Amerika di perkirakan tahun 1600 M. Kelompok yang paling banyak datang berasal
dari Inggris. Wilayah pemukiman pertama Inggris di Amerika adalah pos
perdagangan yang didirikan di James Town tahun 1607.
Tujuan bangsa Eropa masuk ke Amerika
yaitu antara lain :
1. Untuk
memperoleh kesempatan ekonomi yang lebih baik.
2. Mencari
kebebasan untuk berpolitik.
3. Mencari
kebebasan untuk beragama.
4. Adanya
faktor renaissance dan reformasi.
5. Pengaruh
adanya kemajuan teknologi.
Pada tanggal 12 Oktober 1492 salah seorang anggota penjelajah dari
Spanyol yang dipimpin oleh
Christopher Columbus, navigator Italia, melihat sebuah pulau di
kawasan Amerika yang kemudian dikenal
dengan San Salvador. Setelah mendarat sebentar, Columbus bertemu dengan sekelompok penduduk asli yang
kemudian dikenalnya dengan Indian. Sebutan tersebut didasarkan atas keyakman bahwa San
Salvador adalah East Indies (Indian Timur) sebagai daerah yang dijadikan tujuan
penjelajahannya.
Sebutan Indian terhadap semua penduduk Amerika tersebut menyebar ke seluruh Eropa
Barat sehingga semua penjelajah Eropa menyebut semua penduduk asli Amerika itu sebagai
orang-orang Indian. Setelah kedatangan Columbus tersebut, ribuan penjelajah Eropa menyusulnya dan mendarat
serta bermukim di berbagai kawasan Amerika yang disebutnya sebagai New World
atau dunia (daerah) baru, sebagai sebutan yang sangat Eropa sentris. Bagi penduduk asli
Amerika daerah tersebut tidak baru lagi sebab mereka sudah bermukim di kawasan tersebut
selama ribuan tahun. Timbulnya penjelajahan orang-orang Eropa ke Amerika tidak
bisa dilepaskan dari perkembangan
sejarah Eropa. Antara abad ke 11 sampai 13 penduduk Eropa yang beragama Kristen secara periodik mengunjungi daerah
Laut Tengah untuk menemukan kembali kota suci dari penguasa Muslim.
Penjelajahan yang terjadi dalam konteks Perang Salib tersebut berpengaruh terhadap diperkenalkannya
rempah-rempah dari Timur yang didatangkan oleh para pedagang Islam ke Eropa. Pasca Perang
salib, rempah-rempah merupakan komoditi yang sangat berharga dan dapat mendatangkan keuntungan
finansial yang berlipat ganda bagi mereka yang memperdagangkannya. Oleh karena itu,
orang-orang Eropa, terutama Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris berusaha mencari jalan alternatif
ke daerah sumber penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah adanya dominasi perdagangan
oleh orang-orang Italia di laut Tengah dan setelah jatuhnya Konstantinopel, ibukota
Romawi Timur ke tangan Turki Usmania yang beragama Islam tahun 1453, usaha mencari
rempah-rempah dan penjelajahan dunia semakin intensif.
1.
Penjelajahan Bangsa Portugis
Eksplorasi yang sistematis terhadap "dunia baru" Amerika
dilakukan oleh bangsa Portugis yang
dipimpin oleh Pangerah Henry atau Prince Henry (1394-1460). Henry berambisi untuk mengembangkan kejayaan Portugal dan oleh
karena itu mendorong setiap penjelajah Portugal
untuk melakukan penjelajahan dan
menemukan rute baru ke kawastin yang kaya akan rempah-rempah, emas dan perak. Melalui
kepeloporan Henry, bangsa Portugis memperoleh emas dari Afrika dan menjadikan jalur Portugal
dan pantai Afiika Barat sebagai jalur perdagangan
mereka. Sejak tahun 1500 bangsa-bangsa Eropa lainnya memperoleh emas dari Lisabon sebagai pusat perdagangan emas di
Eropa.
Pada tahun 1487 Bartholomew Diaz mencapai ujung selatan Afrika
Selatan. Setelah mencapai Tanjung
Harapan, Diaz kembali ke Portugal. Penjelajahan ini kemudian diteruskan oleh seorang marinir Portugal bernama Vasco da
Gam a Dalam ekspedisi ketlua (1497-1499), Vasco da Gama mencapai
pelabuhan-pelabuhan India, dan sekembalinya ke Lisabon dia membawa barang-barang yang sangat berharga di
pasaran Eropa. Melihat banyaknya barang-barang dagangan yang dibawa Diaz, raja
Spanyol, Manuel (1495-1521) mengirimkan 13 kapal baru ke India dibawah pimpinan Pedro AJvares
Cabral. Tujuannya adalah mendirikan pangkalan dagang di pelabuhan-pelabuhan India.
Pelabuhan-pelabuhan penting yang dikuasai bangsa Portugis akhirnya
diserahkan pada kekuasaan tahta Portugal.
Misalnya pelabuhan-pelabuhan di Brazil, Amerika Selatan, yang telah dikuasai para pedagang Portugis diserahkan
kepada tahta Spanyol. Demikian juga dengan pelabuhan-pelabuhan dagang di Afiika, Jazirah
Arab dan India diakui sebagai milik tahta Portugal. Ekspedisi Pedro Alvares Cabral ke
Brazil pada tanggal 22 April 1500 merintis kekuasaan bangsa Portugis atas wilayah Amerika
Selatan. Para penguasa dan pedagang lokal di daerah yang
didatanginya dan yang tidak mau tunduk pada Portugal diserang dan ditaklukkannya. Kota-kota pelabuhan India,
seperti Calicut dan Goa dan pelabuhan Ormuz di Iran diserangnya.
Dibawah gubernur Portugal di India, Alfonso (menjabat antara 1509-1515), kota-kota tersebut diserahkan
kepada tahta Portugal. Demikian juga dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya yang
semula dikuasai para pedagang Islam dari Arab, India, Melayu, Maluku dan Malaka ditaklukkannya.
Pelabuhan Malaka yang sangat raniai dan strategis di Selat Malaka direbutnya tahun 1511,
demikian juga dengan pelabuhan-pelabuhan
Maluku, sebagai pusat penghasil
rempah-rempah, dikuasainya.
Dengan penguasaan langsung-daerah-daerah yang ditaklukkannya maka
negara Portugal mulai merintis politik
imperialisme, yaitu politik untuk menjadikan daerah yang ditaklukkannya sebagai bagian dari imperium seberang lautan
Portugal, dan dikuasai langsung oleh pemerintah pusat di ibukota Lisabon, Portugal. Portugal
merupakan negara pertama sejak jaman penjelajahan
yang menguasai daerah imperium seberang lautan. Melalui politik imperialisme, Portugal memaksa bangsa-bangsa yang
dikuasainya untuk tunduk pada aturan politik dan ekonomi yang dibuatnya. Dengan deniikian para
pedagang yang berada di bawah kekuasaan bangsa Portugis harus menyerahkan
barang hasil produksinya dengan harga yang ditentukan oleh mereka
2.
Penjelajahan Bangsa Spanyol.
Pelayaran Christopher
Columbus (1451-1506) tahun 1492 dapat
ditempatkan dalam konteks penjelajahan
bangsa Eropa ke benua "baru" Amerika. Columbus yakin bahwa dia dapat menemukan rute terpendek ke arah timur dengan
cara berlayar ke arah barat menyeberangi Samudera Atlantik. Dia menyangka San Salvador
adalah India, negeri yang kaya akan bahan rempah-rempah. Antara tahun 1492-1502
Columbus melakukan empat kali pelayaran ke Amerika dan menemukan kepulauan Caribia. Sampai dia mati,
pulau-pulau yang didarataninya seperti Haiti, Dominica, Puerto Rico, Jamaica,
Cuba dan Honduras masih diyakininya sebagai India.
Melalui rintisannya bangsa Spanyol memperoleh pengetahuan mengenai
benua baru Amerika yang kemudian dijadikan sebagai wilayah koloni Spanyol. Raja
Spanyol Ferdinand dan Ratu Isabela akhirnya mensponsori penjelajahan berikutnya
ke Amerika untuk menghadapi dominasi bangsa Portugis yang telah melakukan
penjelajahan dunia. Tindakan raja Spanyol itu menimbulkan protes Spanyol yang
menganggapnya telah mengancam kepentingan Portugal di Amerika. Paus Alexander
VI menengahi pertentangan tersebut
dengan cara menarik garis demarkasi antara Spanyol dan Portugal tahun 1493.
Dalam tahun 1494 kedua negara sepakat
dalam Perjanjian Tordesilas bahwa
Portugal akan menguasai Brazil dan sisa benua Amerika oleh Spanyol. Tentu saja
perjanian tersebut tidak berlaku bagi negara-negara lain yang juga berambisi
menguasai Amerika. Niat untuk mencari jalur pelayaran ke Asia terus dilakukan oleh
bangsa Spanyol.
Penguasa Spanyol, Charles V, menugaskan Ferdinad Magellan (1480-1521) untuk menemukan
jalur langsung ke kepulauan Maluku sebagai pusat penghasil rempah -rempah.
Magellans berlayar ke arah barat-daya melintasi Samudera
Atlantik, dan sampai ke ujung selatan benua Amerika. Dari sana dia menyeberang
ke Samudera Pacifik menuju arah Barat dan sampai di kepulauan Filipina tahun
1521 (pemberian nama kepulauan Philipina dilakukan tahun 1560 setelah kepulauan
tersebut berada di bawah imperialisme Spanyol atas 'nama raja Philip II). Di kepulauan
tersebut Magellan terbunuh. Namun deniikian pelayaran terus dilakukan oleh anak
buahnya hingga tiba kembali di Spanyol
thun 1522. Pelayaran Magellan berpengaruh besar bagi dunia ilmu pengetahuan dan membuktikan teori
Columbus bahwa dunia ini bulat.
Pelayaran ini juga memberi
keterangan yang berharga bahwa Samudera Pasifik
demikian luas dan bumi ini lebih
besar dibandingkan dengan yang selama itu dipercayai orang. Penjelajahan bangsa
Spanyol ke benua Amerika diikuti dengan penaklukan dan kolonisasi. Hernando Cortez (1485-1547) berhasil mencapai Meksiko dan
menaklukkan kerajaan Aztec yang dikuasai
kaisar Montezuma. Sisa-sisa peradaban Aztec dihancurkannya dengan kejam. Demikian juga dengan kerajaan
Inca di Peru dihancurkan oleh bangsa
Spanyol yang dirintis oleh penjelajahan
Francisco Pizarro (1470-1541). Daerah-daerah baru di Amerika Latin dikuasainya dan dijadikan sebagai bagian
dari imperium Spanyol. Penaklukkan itu disusul dengan migrasi penduduk Spanyol
ke daerah yang ditaklukkannya. Pada abad ke 16 di Amerika Selatan telah
terdapat 200.000 penduduk Spanyol.yang melakukan kolonisasi.
3.
Penjelajahan bangsa Perancis, Belanda.
Penjelajahan bangsa Perancis ke Amerika dimulai oleh Giovanni da
Verazzuno (1524) yang menjelajah pantai
Atlantik dan mencari sungai yang bisa dilayari ke arah daratan Sepuluh
tahun
kemudian, Jacques Cartier mengeksplorasi Newfoundland dan menjelajah Sungai St.
Lawrence yang diangapnya sebagai jalan
lintas menuju daratan China. Dalam tahun 1608 Samuel de Champlain melakukan sebelas kali
eksplorasi ke Amenka Utara dan menemukan Quebec. Daerah yang sekarang menjadi wilayah
Kanada tersebut dihuni oleh orang-orang keturunan Perancis.
Bangsa Belanda menyusul bangsa Portugis dan Spanyol melakukan
penjelajahan dunia termasuk ke Amenka. Para penjelajah Belanda sudah banyak yang mendarat di kepulauan
Indonesia sejak tahun 1600-an, terutama setelah tibanya kapal Cornelis de
Houtman di Banten tahun 1596. Pada tahun 1602 para penjelajan dan pedagang
Belanda telah mendirikan perserikatan dagang Belanda di Indonesia dengan nama
VOC. Organisasi dagang tersebut merupakan
alat untuk melaksanakan kolonialisme Belanda di Indonesia dan Sri Lanka.Kolonisasi
Belanda di Amerika dimulai sejak didirikannya West India Company di Pulau Manhattan tahun 1624 sebagai pangkalan dagang
kulit binatang di kawasan Amerika.
Pada tahun 1650 organisasi dagang Belanda di Amerika Selatan
berhasil merebut beberapa pangkalan dagang Spanyol dan Portugal sehingga
akhirnya organisasi itu mampu mengontrol
jaringan dagang antara Amerika dan Eropa. Belanda juga mendirikan koloni di New
Netherland. Namun demikian koloni
tersebut tidak berkembang, bahkan tahun 1664 koloni tersebut direbut oleh Inggris dan diganti
dengan nama New York. Belanda lebih tertarik terhadap koloninya di Asia,
Indonesia.
4.
Penjelajahan bangsa Inggris
Dimulai dengan penjelajahan John Cabot (pedagang Genoa yang tinggal
di London), yang berniat berlayar ke Brazil tetapi mendarat di Canada (Newfoundland)
tahun 1497, penjelajahan Inggris berusaha menemukan "daerah baru",
seperti penjelajah Drake (1577-1580) yang berhasil mengelilingi dunia, Gilber,
dan Releigh menjelajah daratan Amerika Utara. Kebijaksanan politik Ingeris
dalam melakukan kolonisasi di Amerika Utara sejak abad ke-16 berkaitan dengan
situasi politik di dalam negeri. Walaupun klaim Inggeris terhadap Amerika Utara
berlangsung sejak penjelajahan John Cabot (1497), klaim tersebut tidak diikuti
dengan tindakan nyata. Pada akhir abad ke-16 Monarki Tudor telah mengubah kerajaan Inggris sebagai
kekuatan utama di Eropa yang siap bersaing dengan negara-negara lainnya dalam melakukan eksploitasi benua baru.
Setelah keluar dari krisis monarki abad ke-15 yang dikenal dengan
"Wars of Roses" atau
perang-perang bunga ros dalam tubuh keluarga monarki, Inggris memasuki abad
ke-16 memperoleh pemerintahan yang kuat di dalam negeri. Tampilnya keluarga Tudor yang dipirnpin oleh Henry VII
(1485-1509) dan Henry VIII (1509-1547) ditandai dengan upaya mempersatukan semua keluarga
monarki yang bertikai dan menyatukan
kesetiaan semua warga negara terhadap
tahta kerajaan.
Pada masa pemerintahannya, Henry VIII telah dapat memperoleh kekuasaannya atas semua keluarga
kerajaan, kecuali atas kekuasaan Paus di Roma. Ketika istri pertama Henry, Catherine of
Aragon tidak melahirkan anak laki-laki sebagai putra mahkota, Henry meminta Paus di Roma
untuk membatalkan perkawinannya. Ketika Paus menolak, Henry menentang Paus dan meminta
Parlemen Inggeris untuk memutuskan hubungan dengan Gereja Katholik di Roma.
Akhirnya Parlemen pada tahun 1534 sepakat untuk mengharuskan undang-undang yang
mengesahkan terbentuknya sistem gereja Inggris yang berada di bawah kekuasaan Raja Inggris. Dengan
undang-undang tersebut, Henry, sebagai raja Inggris memiliki kewenangan atas pajak
yang dipungut oleh gereja serta tanah
yang dikuasainya.
Peristiwa tersebut merupakan saluran bagi terbentuknya reformasi
gereja dan protestanisme di Inggris. Setelah
memperoleh kekuatan politik di dalam negeri, Henry berusaha meningkatkan
kekuatan ekonomi dalam negeri melalui perdagangan luar negeri. Sistem pemagaran
tanah atau enclosure telah mampu meningkatkan produktifitas pertanian
dan peternakan sehingga mampu meningkatkan ekonomi Inggris melalui ekspor wool
dan hasil pertanian. Sistem tersebut juga telah menguntungkan golongan tuan
tanah dan para pedagang Namun demikian, akibat dari sistem tersebut telah
banyak petard yang kehilangan lahan garapannya dan meningkatnya urbanisasi.
Antara tahun 1560-1625 penduduk Inggris telah meningkat tiga kali
lipat sehingga menimbulkan kesan pada pemerintah dan warga Inggris bahwa
kota-kota besar mereka telah berpenduduk terlalu banyak (overpopulated). Untuk
mengatasinya, pemerintah Inggris berusaha mencari daerah koloni baru sebagai
tempat tinggal warganya. Amerika sebagai benua baru merupakan pilihan utama untuk tujuan itu.
Kaum migran yang dikirim Inggris diharapkan akan mampu meningkatkan
produktifitasnya untuk kepentingan ekonomi kerajaan Inggris, seperti halnya
telah dilakukan oleh bangsa Spanyol di New Spain, Amerika. Dalam merealisasikan
tujuan itu, Inggris harus bersaing dengan Spanyol. Setelah mendapat laporan
dari Richard Hakluyt, seorang pendukung kolonisasi Inggeis di Amerika yang
menyatakan bahwa Spanyol merupakan ancaman utama bagi kepentingan kolonisasi
Inggris di benua baru tersebut, Inggeris
mulai meninjau hubungan persahabatannya dengan Spanyol.
Pada masa pemerintahan Elizabeth I (1558-1603) hubungan Inggris dan
Spanyol putus yang disebabkan oleh putusnya hubungan gereja Inggris dengan Roma
dan dukungan Inggris terhadap gereja Protestan Belanda dalam melawan gereja
Katholik Spanyol. Pada tahun 1560-an, John Hawkins merebut sejumlah pangkalan
dagang Spanyol di kepulauan Caribia dan
menjual budak-budak Afiika terhadap pengusaha perkebunan di kawasan itu.
Saudara sepupu Hawkins, Francis Drake juga merebut West Indies Spanyol tahun
1570-an. Antara tahun 1577-1580, Drake
merebut kapal Spanyol yang bermuatan emas di kawasan Pasifik dan mendirikan Calofonu'a. Sedangkan
perusahaan Cathay membiayai perjalanan Martin Frobister (1576-1578) untuk mengeksplorasi
daerah Kanada.
Keberhasilan para penjelajah Inggris di Amerika terhadap kedudukan Spanyol
tersebut mendorong Inggris untuk mengintensifkan
kolonisasinya atas Amerika Utara. Atas dukungan pemerintah Inggeris, Sir Humprey Gilbert (1539-1583) berhasil
mendaratkan 200 pemukim potensial di Newfoundland tahun 1583 dan diteruskan oleh sudara tirinya,
Sir Walter Raleigh (1552 -1618) yang mendirikan koloni Virginia atas penghargaan terhadap ratu
Elizabet I yang masih perawan. Sedangkan
upaya untuk mendirikan koloni di Pulau Roanoke gagal setelah tahun 1590 diketahui
bahwa semua pemukim di sana telah musnah
yang sampai sekarang tidak diketahui penyebabnya.
Kegagalan dalam mendirikan beberapa koloni di Amerika Utara dijadikan bahan pelajaran oleh Ratu Elizabeth I. Pertama,
keberhasilan kolonisasi tergantung pada sumber pertanian agar para pemukim tidak tergantung
pada orang-orang Indian. Kedua; kaum kolonis harus memelihara hubungan langsung dengan
negeri induk, Inggeris. Ketiga,
perkembangan koloni tergantung pada
dukungan finansial melalui perusahaan pasar modal yang dikelola secara profesional.
Upaya terakhir tersebut baru terwujud pada awal abad ke-17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar