Jumat, 23 Mei 2014

Kehidupan koloni- koloni di Amerika

                                                                              Kehidupan koloni- koloni di Amerika
Pertumbuhan penduduk yang sepat secara alami dan ditambah dengan gelombang  migrasi dan Eropa menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat koloni Amerika.  Selama periode ini kaum kolonis mengembangkan struktur sosial yang lebih canggih yang  didasarkan atas semangat kapitalisme perdagangan. Pusat-pusat pemukiman yang berkembang  menjadi pusat perdagangan dan perkotaan seperti Boston, Philadenphia, New York, Charleston  dan Boston menandai bangkitnya koloni Amerika sebagai kekuatan ekonomi baru di dunia. Pada  tahun 1776 masyarakat koloni Amerika telah berkembang menjadi masyarakat yang lebih makmur .
1.      Koloni-koloni di Selatan.
Koloni-koloni di selatan sangat tergantung pada  sektor agraria  Oleh karena itu tanah  memiliki nilai yang sangat  tinggi. Pada akhir abad ke-17 para petani Virginia memusatkan  pertaniannya pada tanaman tembakau sehingga dari kegiatan pertanian tersebut Virginia mampu  menjadi pusat penghasil tembakau berkualitas tinggi  dan menjadi pengekspor komoditi  tersebut ke Inggris. Para petani Virginia lebih memilih menanam tembakau di sepanjang sungai  yang lahannya subur dan memudahkan melakukan pengangkutan dengan kapal-kapal milik  Inggris. Namun demikian, ketika Virginia mengalami kelebihan produksi koloni ini mengalami  kerugian karena harga di pasaran jatuh. Ketika meletusnya revolusi Amerika, banyak petani  Virginia yang t hutang terhadap para pedagang Inggris.

Dalam mengembangkan perkebunan tembakau para petani Virginia dihadapkan pada sulitnya memperoleh tenaga kerja. Pada awal kolonisasi para pengusaha perkebunan Virginia menggantungkan pada tenaga kerja dari Inggris yang disebut sebagai pelayan. Namun demikian lama kelamaan para pelayan tersebut dapat mandiri dan memiliki lahan sendiri. Untuk mengatasi  kesulitan tenaga kerja, pengusaha perkebunan menggunakan budak negro dari  Afrika. Pada pertengahan abad ke-18 perbudakan merupakan bagian dari sistem sosial di Virginia. Jumlah budak mencapai sepertiga dari seluruh penduduk Virginia. Elit politik di Virginia yang berasal dari kalangan aristokrat menguasai tanah yang luas dan mempekerjakan budak-budak. Secara ekonomi,  sistem perbudakan  sangat menguntungkan. Namun demikian,  diterapkannya sistem slavery tersebut tidak selalu berkaitan dengan aspek ekonomi.
Sistem perbudakan yang diterapkan di koloni-koloni Amerika Utara bagian selatan didasarkan atas  pandangan rasial yang dianut oleh sebagian besar- masyarakat Inggris. Pada masa kolonisasi Budak-budak Afrika yang ditemukan melalui pada  abad ke-15 dan 16 dianggap dan diperlakukan sebagai ras yang rendah, tidak beragama (Kristen)  dan tidak beradab. Namun demikian, masuknya para budak ke dalam agama Kristen tidak  sendirinya mereka dibebaskan dari statusnya sebagai ras yang dianggap rendah.
Sistem perbudakan juga diterapkan di South Carolina. Sistem ini diperkuat dengan kedudukan kaum aristokrat yang menempatkan diri dalam status paling tinggi dalam struktur masyarakat dan merasa memiliki hak istimewa, termasuk dalam hal mempekerjakan para budak. Sebagian budak di koloni ini berasal dari West Indies dan Barbados. Dipekerjakannya para budak di perkebunan-perkebunan mereka juga digunakan dalam rangka memperluas ekspansi ke  arah barat dan untuk mempertahankan keamanana serta harta mereka dari ancaman orang-orang Indian.
2.      Koloni-koloni Tengah dan Utara.
Di koloni bagian tengah  kaum kolonis memusatkan kegiatn ekonominya pada sektor pertanian terutama biji-bijian, babi dan sapi yang dapat dieskpor ke West Indies. Hasil pertanian tersebut dapat meningkatkan kemakmuran bukan hanya para petani di daerah pertanian yang  subur melainkan juga para pedagang di perkotaan seperti New York dan Philadelphia. Namun demikian tidak semua kaum kolonis di daerah itu memperoleh kemakmuran.  Sebagian di antara mereka tetap miskin seperti hainya ketika hidup di negeri asalnya. Kondisi ini  telah menciptakan struktur sosial baru. Penguasa Inggeris di New York, seperti hainya penguasa  Belanda sebelum mereka, memberikan hak penguasaan tanah kepada tuan-tuan tanah kaya.  
Sebagian petani berperan sebagai penyewa terhadap tuan-tuan tanah sehingga terbentuklah kelas  petani penyewa tanah. Sedangkan di perkotaan, selain dihuni oleh golongan aristokrat dan  pedagang juga terdapat kelas pekerja yang tidak memiliki ketrampilan. Kelompok terakhir ini  menempati lapisan sosial paling bawah dan sulit melakukan mobilitas sosial setelah relasi sosial  dengan elit politik dan pedagang kaya tertutup bagi mereka. Perkawinan anak keluarga elit  politik dengan anak keluarga pedagang pengusaha kaya telah memperkuat aliansi di antara  mereka untuk mengontrol institusi politik daerah koloni.
Di koloni-koloni utara  atau daerah New England, seperti hainya di daerah tengah dan  selatan periode ekspansi konomi ditandai dengan terbentuknya stratifikasi sosial baru. Namun  demikian, berbeda dengan koloni-koloni di daerah tengah dan selatan, koloni-koloni utara pada  zaman kolonisaasi tidak diikuti dengan gelombang migrasi susulan dari Eropa dalam jumlah besar. Pertumbuhan penduduk yang cepat  menyebabkan daya dukung daerah koloni menjadi berkurang. Sebagian penduduk yang tinggal  di perkotan tidak memiliki tempat tinggal yang memadai dan hidup menganggur.
Stratifikasi sosial dengan jelas terlihat di Boston dimana masyarakat terbagi tiga antara kelompok pedagang aristokrat kaya yang mendominasi perekonomian daerah koloni pada strata atas, para pekerja perkotaan menempati strata tengah dan penduduk kota yang miskin pada lapisan bawah. Kepadatan penduduk dan stratifikasi sosial seperti ini mendorong sebagian penduduk New England generasi ketiga dan keempat untuk bermigrasi ke daerah perawan di belahan barat Amerika Utara untuk mencari pemukiman dan kehidupan ekonomi baru. Walaupun terdapat perbedaan regional di antara daerah-daerah koloni, terdapat persamaan dalam struktur sosial koloni-koloni Inggeris.
Pada pertenghan abad ke-18 elit lokal muncul pada semua daerah koloni. Berbeda dengan pemimpin sosial pada abad sebelumnya, kelompok elit ini menampilkan sikap hormat terhadap kelompok masyarakat bawah. Walaupun perbedaan status sosial antara masyarakat kelas atas dan bawah tidak begitu nampak dalam masyarakat koloni Amerika dibandingkan dengan di Inggris,  sebagian besar kaum kolonis menyadari pentingnya menjaga status sosial mereka. Sebagian kecil kaum kolonis dapat meningkatkan status sosialnya sebagai kelas atas dengan menjadi kelompok kaya. Sebagian besar orang kaya kulit putih masih mencita-citakan memiliki status sosial lebih tinggi lagi dan oleh karena itu mereka tidak terlalu mempersoalkan keberadaan stratifikasi sosial. Sebagian besar kaum kolonis berada dalam status golongan menengah yang memiliki tingkat kemakmuran yang baik. Di daerah koloni-koloni selatan, para petani penanam tembakau mengolah lahannya sendiri sambil tetap mempekerjakan budak. Sedangkan di New England dan koloni        tengah petani-petani mandiri banyak terdapat di sana dan sebagian di antaranya tinggal di kota dengan menampilkan gaya hidup golongan menengah.
3.      Masyarakat dan Ekonomi di berbagai Koloni
a.       Masyarakat dan Ekonomi di koloni- koloni Selatan
Koloni- koloni di selatan memiliki satu keunikan yang menguntungkan yaitu menyangkut masalah iklim. Hasil panenan tanah pertanian dan perkebunan tumbuh subur akibat iklim yang mendukungnya. Hasil pertanian perkebunan masyarakat koloni di selatan untuk kepentingan negeri induk. Virginia sebagai suatu wilayah Selatan sangat terkenal hasil perkebunannya memang didukung selain factor iklim juga kesuburan tanah.
Dalam masyarakat yang berbasis pada system ekonomi perkebunan sangat bergantung pada kebutuhan tenaga kerja. Perkebunan sebagai lembaga ekonomi bagi koloni- koloni Selatan. Sistem ekonomi perkebunan yang mulai tumbuh di masa koloni meruapakan suatu penghidupan yang terpenting. System ekonomi perkebunan dengan dasar perbudakan meruapakan solusi bagi wilayah Selatan dalam mengatasi kebutuhan tenaga kerja. Sebagai tenaga kerja diperkebunan mereka berstatus sebagai budak. Berbagai jenis tanaman perkebunan yang dihasilkan di wilayah itu diantaranya tembakau, kapas, nila, dan gula. Dalam masyarakat koloni Selatan terdapat kelompok – kelompok para pekerja tangan. Walaupun mereka sering menerima upah yang lebih tinggi dan status sosialnya lebih dari pada pekerja tangan yang berada di Inggris atau di Eropa, mereka seringkali pekerjaan tersebut ditinggalkan dan beralih menjadi seorang petani.
b.      Masyarakat dan Ekonomi New England
Pola masyarakat di New England sangat kontars jika di bandingkan dengan kehidupan koloni di Selatan. Perbedaannya yang mencolok dapat diketahui ketika pemerintah dan pola- pola tanah pemukiman dikelola oleh orang – orang Puritan di New England yang berideologi pada konsep Calvinist. Mereka berjuang menegakkan betapa pentingnya nilai – nilai kebebasan beragama. Pendidikan dan agama penting dalam kehidupan. Kehidupan petani di New England sangat pekerja keras. Berbagai hasil panen di daerah pertanian perkebunan meliputi; gandum, barley, oats ( sejenis gandum ), beberapa ternak seperti babi dan biri- biri. Pada awal koloni, berkirim surat antar warga masih sangat lambat. Pemerintah koloni telah menyediakan jasa untuk berkirim surat. Tukang pos pada masa koloni dalam mengantarkan surat dari satu keluarga kepada keluarga lain mereka menggunakan kuda untuk membawa surat – surat itu.  Koloni di New England mempunyai hubungan tersendiri dalam menyusun pemerintah local. Di koloni itu mencatat cara sendiri dalam menyusun suatu pemerintahan. Dasar utama menyusun pemerintahan adalah pada keberadaan kota, membawahi desa- desa dan sekelilingnya.
c.       Masyarakat dan Ekonomi di koloni Bagian Tengah
Awal keberadaaan kolonis dihuni oleh orang- orang non Inggris yang memulai bermukim dilembah Mohawk pada tahun 1709, menuju ke Pennsylvania, kemudian dikenal sebagai “Pennsylvania Ducth”.  New York , sebagai suatu suatu koloni di bagian tengah, orang – orang Belanda telah menghuni terlebih dahulu di wilayah tersebut. Para petani di Bagian Tengah menanam beraneka ragam jenis tanaman, mereka cukup memiliki lahan – lahan luas. Seperti di New York, diberbagai daerah terdapat sejumlah perkebunan yang luas.  Ekologi alam yang amat subur menjadikan penduduk koloni itu lebih cepat berkembang, banyak memiliki gagasan untuk mengembangkan ekonomi di koloninya.

Dalam struktur social koloni di bagian Tengah mempunyai tanah- tanah subur dan pelabuhan- pelabuhan besar. Seperti di New England, koloni di tengah memiliki banyak kelas menengah dari para petani kaya, pedagang, kaum professional, dan para pekerja tangan. Posisi geografisnya dan cultural di koloni ini menjadikan wilayah tersebut dihuni oleh banyak etnis. Terjadi berbagai silang budaya dan perkawinan campuran antar etnis. Dalam segi agama penduduknya lebih banyak memeluk agam puritan seperti yang terdapat di New England, sedangkan percampuran ras lebih banyak terjadi dengan penduduk koloni di wilayah Selatan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar