Kehidupan
koloni- koloni di Amerika
Pertumbuhan penduduk yang sepat secara alami dan ditambah dengan
gelombang migrasi dan Eropa menyebabkan
terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat koloni Amerika. Selama periode ini kaum kolonis mengembangkan
struktur sosial yang lebih canggih yang didasarkan
atas semangat kapitalisme perdagangan. Pusat-pusat pemukiman yang berkembang menjadi pusat perdagangan dan perkotaan
seperti Boston, Philadenphia, New York, Charleston dan Boston menandai bangkitnya koloni Amerika
sebagai kekuatan ekonomi baru di dunia. Pada tahun 1776 masyarakat koloni Amerika telah berkembang
menjadi masyarakat yang lebih makmur .
1.
Koloni-koloni
di Selatan.
Koloni-koloni di selatan sangat tergantung pada sektor agraria Oleh karena itu tanah memiliki nilai yang sangat tinggi. Pada akhir abad ke-17 para petani
Virginia memusatkan pertaniannya pada
tanaman tembakau sehingga dari kegiatan pertanian tersebut Virginia mampu menjadi pusat penghasil tembakau berkualitas
tinggi dan menjadi pengekspor komoditi tersebut ke Inggris. Para petani Virginia
lebih memilih menanam tembakau di sepanjang sungai yang lahannya subur dan memudahkan melakukan
pengangkutan dengan kapal-kapal milik Inggris. Namun demikian, ketika Virginia
mengalami kelebihan produksi koloni ini mengalami kerugian karena harga di pasaran jatuh. Ketika
meletusnya revolusi Amerika, banyak petani Virginia yang t hutang terhadap para pedagang
Inggris.
Dalam mengembangkan perkebunan tembakau para petani Virginia
dihadapkan pada sulitnya memperoleh tenaga kerja. Pada awal kolonisasi para
pengusaha perkebunan Virginia menggantungkan pada tenaga kerja dari Inggris
yang disebut sebagai pelayan. Namun demikian lama kelamaan para pelayan tersebut
dapat mandiri dan memiliki lahan sendiri. Untuk mengatasi kesulitan tenaga kerja, pengusaha perkebunan
menggunakan budak negro dari Afrika.
Pada pertengahan abad ke-18 perbudakan merupakan bagian dari sistem sosial di
Virginia. Jumlah budak mencapai sepertiga dari seluruh penduduk Virginia. Elit
politik di Virginia yang berasal dari kalangan aristokrat menguasai tanah yang
luas dan mempekerjakan budak-budak. Secara ekonomi, sistem perbudakan sangat menguntungkan. Namun demikian, diterapkannya sistem slavery tersebut tidak
selalu berkaitan dengan aspek ekonomi.
Sistem perbudakan yang diterapkan di koloni-koloni Amerika Utara
bagian selatan didasarkan atas pandangan
rasial yang dianut oleh sebagian besar- masyarakat Inggris. Pada masa kolonisasi
Budak-budak Afrika yang ditemukan melalui pada abad ke-15 dan 16 dianggap dan diperlakukan
sebagai ras yang rendah, tidak beragama (Kristen) dan tidak beradab. Namun demikian, masuknya
para budak ke dalam agama Kristen tidak sendirinya
mereka dibebaskan dari statusnya sebagai ras yang dianggap rendah.
Sistem perbudakan juga diterapkan di South Carolina. Sistem ini
diperkuat dengan kedudukan kaum aristokrat yang menempatkan diri dalam status
paling tinggi dalam struktur masyarakat dan merasa memiliki hak istimewa,
termasuk dalam hal mempekerjakan para budak. Sebagian budak di koloni ini
berasal dari West Indies dan Barbados. Dipekerjakannya para budak di perkebunan-perkebunan
mereka juga digunakan dalam rangka memperluas ekspansi ke arah barat dan untuk mempertahankan keamanana
serta harta mereka dari ancaman orang-orang Indian.
2.
Koloni-koloni
Tengah dan Utara.
Di koloni bagian tengah kaum
kolonis memusatkan kegiatn ekonominya pada sektor pertanian terutama
biji-bijian, babi dan sapi yang dapat dieskpor ke West Indies. Hasil pertanian tersebut
dapat meningkatkan kemakmuran bukan hanya para petani di daerah pertanian yang subur melainkan juga para pedagang di perkotaan
seperti New York dan Philadelphia. Namun demikian tidak semua kaum kolonis di
daerah itu memperoleh kemakmuran. Sebagian
di antara mereka tetap miskin seperti hainya ketika hidup di negeri asalnya.
Kondisi ini telah menciptakan struktur
sosial baru. Penguasa Inggeris di New York, seperti hainya penguasa Belanda sebelum mereka, memberikan hak
penguasaan tanah kepada tuan-tuan tanah kaya.
Sebagian petani berperan sebagai penyewa terhadap tuan-tuan tanah
sehingga terbentuklah kelas petani
penyewa tanah. Sedangkan di perkotaan, selain dihuni oleh golongan aristokrat
dan pedagang juga terdapat kelas pekerja
yang tidak memiliki ketrampilan. Kelompok terakhir ini menempati lapisan sosial paling bawah dan
sulit melakukan mobilitas sosial setelah relasi sosial dengan elit politik dan pedagang kaya tertutup
bagi mereka. Perkawinan anak keluarga elit politik dengan anak keluarga pedagang
pengusaha kaya telah memperkuat aliansi di antara mereka untuk mengontrol institusi politik
daerah koloni.
Di koloni-koloni utara atau
daerah New England, seperti hainya di daerah tengah dan selatan periode ekspansi konomi ditandai
dengan terbentuknya stratifikasi sosial baru. Namun demikian, berbeda dengan koloni-koloni di
daerah tengah dan selatan, koloni-koloni utara pada zaman kolonisaasi tidak diikuti dengan
gelombang migrasi susulan dari Eropa dalam jumlah besar. Pertumbuhan penduduk
yang cepat menyebabkan daya dukung
daerah koloni menjadi berkurang. Sebagian penduduk yang tinggal di perkotan tidak memiliki tempat tinggal yang
memadai dan hidup menganggur.
Stratifikasi sosial dengan jelas terlihat di Boston dimana
masyarakat terbagi tiga antara kelompok pedagang aristokrat kaya yang
mendominasi perekonomian daerah koloni pada strata atas, para pekerja perkotaan
menempati strata tengah dan penduduk kota yang miskin pada lapisan bawah. Kepadatan
penduduk dan stratifikasi sosial seperti ini mendorong sebagian penduduk New
England generasi ketiga dan keempat untuk bermigrasi ke daerah perawan di
belahan barat Amerika Utara untuk mencari pemukiman dan kehidupan ekonomi baru.
Walaupun terdapat perbedaan regional di antara daerah-daerah koloni, terdapat
persamaan dalam struktur sosial koloni-koloni Inggeris.
Pada pertenghan abad ke-18 elit lokal muncul pada semua daerah
koloni. Berbeda dengan pemimpin sosial pada abad sebelumnya, kelompok elit ini
menampilkan sikap hormat terhadap kelompok masyarakat bawah. Walaupun perbedaan
status sosial antara masyarakat kelas atas dan bawah tidak begitu nampak dalam
masyarakat koloni Amerika dibandingkan dengan di Inggris, sebagian besar kaum kolonis menyadari
pentingnya menjaga status sosial mereka. Sebagian kecil kaum kolonis dapat
meningkatkan status sosialnya sebagai kelas atas dengan menjadi kelompok kaya.
Sebagian besar orang kaya kulit putih masih mencita-citakan memiliki status
sosial lebih tinggi lagi dan oleh karena itu mereka tidak terlalu mempersoalkan
keberadaan stratifikasi sosial. Sebagian besar kaum kolonis berada dalam status
golongan menengah yang memiliki tingkat kemakmuran yang baik. Di daerah
koloni-koloni selatan, para petani penanam tembakau mengolah lahannya sendiri
sambil tetap mempekerjakan budak. Sedangkan di New England dan koloni tengah petani-petani mandiri banyak
terdapat di sana dan sebagian di antaranya tinggal di kota dengan menampilkan
gaya hidup golongan menengah.
3.
Masyarakat
dan Ekonomi di berbagai Koloni
a.
Masyarakat
dan Ekonomi di koloni- koloni Selatan
Koloni- koloni
di selatan memiliki satu keunikan yang menguntungkan yaitu menyangkut masalah
iklim. Hasil panenan tanah pertanian dan perkebunan tumbuh subur akibat iklim
yang mendukungnya. Hasil pertanian perkebunan masyarakat koloni di selatan
untuk kepentingan negeri induk. Virginia sebagai suatu wilayah Selatan sangat
terkenal hasil perkebunannya memang didukung selain factor iklim juga kesuburan
tanah.
Dalam
masyarakat yang berbasis pada system ekonomi perkebunan sangat bergantung pada
kebutuhan tenaga kerja. Perkebunan sebagai lembaga ekonomi bagi koloni- koloni
Selatan. Sistem ekonomi perkebunan yang mulai tumbuh di masa koloni meruapakan
suatu penghidupan yang terpenting. System ekonomi perkebunan dengan dasar
perbudakan meruapakan solusi bagi wilayah Selatan dalam mengatasi kebutuhan
tenaga kerja. Sebagai tenaga kerja diperkebunan mereka berstatus sebagai budak.
Berbagai jenis tanaman perkebunan yang dihasilkan di wilayah itu diantaranya
tembakau, kapas, nila, dan gula. Dalam masyarakat koloni Selatan terdapat
kelompok – kelompok para pekerja tangan. Walaupun mereka sering menerima upah
yang lebih tinggi dan status sosialnya lebih dari pada pekerja tangan yang
berada di Inggris atau di Eropa, mereka seringkali pekerjaan tersebut
ditinggalkan dan beralih menjadi seorang petani.
b.
Masyarakat
dan Ekonomi New England
Pola masyarakat di New England sangat kontars jika di bandingkan
dengan kehidupan koloni di Selatan. Perbedaannya yang mencolok dapat diketahui
ketika pemerintah dan pola- pola tanah pemukiman dikelola oleh orang – orang
Puritan di New England yang berideologi pada konsep Calvinist. Mereka berjuang
menegakkan betapa pentingnya nilai – nilai kebebasan beragama. Pendidikan dan
agama penting dalam kehidupan. Kehidupan petani di New England sangat pekerja
keras. Berbagai hasil panen di daerah pertanian perkebunan meliputi; gandum, barley,
oats ( sejenis gandum ), beberapa ternak seperti babi dan biri- biri. Pada awal
koloni, berkirim surat antar warga masih sangat lambat. Pemerintah koloni telah
menyediakan jasa untuk berkirim surat. Tukang pos pada masa koloni dalam
mengantarkan surat dari satu keluarga kepada keluarga lain mereka menggunakan
kuda untuk membawa surat – surat itu.
Koloni di New England mempunyai hubungan tersendiri dalam menyusun
pemerintah local. Di koloni itu mencatat cara sendiri dalam menyusun suatu
pemerintahan. Dasar utama menyusun pemerintahan adalah pada keberadaan kota,
membawahi desa- desa dan sekelilingnya.
c.
Masyarakat
dan Ekonomi di koloni Bagian Tengah
Awal
keberadaaan kolonis dihuni oleh orang- orang non Inggris yang memulai bermukim
dilembah Mohawk pada tahun 1709, menuju ke Pennsylvania, kemudian dikenal
sebagai “Pennsylvania Ducth”. New York ,
sebagai suatu suatu koloni di bagian tengah, orang – orang Belanda telah
menghuni terlebih dahulu di wilayah tersebut. Para petani di Bagian Tengah
menanam beraneka ragam jenis tanaman, mereka cukup memiliki lahan – lahan luas.
Seperti di New York, diberbagai daerah terdapat sejumlah perkebunan yang
luas. Ekologi alam yang amat subur
menjadikan penduduk koloni itu lebih cepat berkembang, banyak memiliki gagasan
untuk mengembangkan ekonomi di koloninya.
Dalam struktur social koloni di
bagian Tengah mempunyai tanah- tanah subur dan pelabuhan- pelabuhan besar. Seperti
di New England, koloni di tengah memiliki banyak kelas menengah dari para
petani kaya, pedagang, kaum professional, dan para pekerja tangan. Posisi
geografisnya dan cultural di koloni ini menjadikan wilayah tersebut dihuni oleh
banyak etnis. Terjadi berbagai silang budaya dan perkawinan campuran antar
etnis. Dalam segi agama penduduknya lebih banyak memeluk agam puritan seperti
yang terdapat di New England, sedangkan percampuran ras lebih banyak terjadi
dengan penduduk koloni di wilayah Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar